Rabu, 11 Juli 2018

Emak

Saya lupa akan kasih sayang emak. Saya lupa akan cinta emak. Jarak yang dekat tapi tak mengingat akan emak. Beribu maaf tak dapat membuat anakmu ini akan kekhilafan selama ini. Hanya sembah sujukku ini izinkan anakmu memohon maaf. Emak betapa kuat cinta dan kasih sayangmu kepada kami. Anakmu ini sudah terlalu banyak lalai akan dirimu emak. Air mata terurai tak cukup menutupi sesal dihati. Emak...emak..emak...

Minggu, 13 November 2011

Bengkulu Utara

Sejarah

Kabupaten Bengkulu Utara dibentuk berdasarkan Undang– Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah propinsi Sumatera Selatan (lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1091). Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1976 Tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkulu Utara (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091).
Sebelum Kedatangan bangsa asing ke Bengkulu ± abad ke-14, di Bengkulu sudah berdiri Kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Sungai Serut yang diganti dengan Kerajaan Sungai Lemau Di Sungai Hitam, Kerajaan Balai Buntar Di Pondok Kelapa dengan beberapa bagiannya seperti Kerajaan Bagian Parit Lawang Seketeng Di Dusun Raja, Lais.
Begitu juga di Lebong, berdiri kerajaan Pat Petulai. Dan di daerah lainnya, seperti di Selatan dan Muko-Muko. Baik kerajaan sungai lemau, kerajaan Balai Buntar, dan kerajaan Pat Petulai mayoritas penduduknya adalah suku Rejang.

Geografis

Dalam tinjauan geografis terletak pada 2015 – 4o LS dan 1020 32 -1020 8 BT dengan luas wilayah 5.548,54 KM2 (setelah pemekaran kabupaten Bengkulu Tengah)berpenduduk 70.977 jiwa terbagi menjadi 14 kecamatan, 306 desa diantaranya terdapat 40 desa pesisir pantai dan 9 pulau kecil terluar.
Garis pantai yang dimiliki Kabupaten Bengkulu Utara cukup panjang yaitu 262,63 KM, mempunyai potensi sumber daya pesisir, pantai dan laut baik hayati maupun non hayati yang cukup besar dan masih memberikan peluang untuk dapat dikembangkan dan dikelola sebagai sumber pertumbuhan ekonomi daerah.
Kondisi geografisnya sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian dibawah 150 m dpl terdapat dibagian barat membujur searah pantai dari selatan ke utara, sedangkan dibagian timur topografinya berbukit - bukit dengan ketinggian 541 m dpl.
Kabupaten Bengkulu Utara, berbatasan dengan :

Potensi Unggulan Daerah

Perkebunan

Perkebunan kelapa Sawit, merupakan areal perkebunan yang sangat luas di Kabupaten Bengkulu Utara dan sangat diminati oleh para Investor dan Masyarakat. Pola pembinaan perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara yang menjadikan kemitraan sebagai basis utamanya adalah:
  • Pola PIR (perkebunan inti rakyat), dikenal dengan adanya plasma (milik masyarakat) dan inti (milik perusahaan).
  • Pola PBS (perkebunan besar swasta), dilakukan oleh PBSN mapun PMA.
  • Pola UPT (unit pelaksana teknis), dimana akan dilakukan pembinaan secara menyeluruh hingga kelembagaan petani.
  • Pola Parsial/Swadaya.

Karena selain harganya yang tinggi dan stabil, juga kelapa sawit merupakan bahan baku beberapa industri besar, juga sebagi bahan baku BBM alternatif (Bio Diesel). Sebelum pemekaran daerah Mukomuko dan Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara adalah penghasil kelapa swait buah tanda segar dan CPO di Provinsi Bengkulu, karena memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit terbanyak. Sekarang setelah pemekaran, pabrik pengolah kelapa sawit hanya ada 4 (empat) yaitu ; 1). PT. Agricinal, 2). PT. Puding Mas, 3). PT. Alno dan 4). PT. Sandabi.
Sedangkan Karet, merupakan unggulan kedua yang diminati oleh para investor dan masyarakat. Di Kabupaten Bengkulu Utara hanya ada satu pabrik pengolahan Karet, yaitu PT. Pamorganda di Kecamatan Putri Hijau.

Perikanan

Kabupaten Bengkulu Utara mempunyai wilayah laut dengan panjang pantai 262,63 Km, 40 Desa berpesisir dan 2.436 orang nelayan dengan potensi perikanan laut lebih kurang + 13.060,30 ton dan mempunyai satu pulau besar dan beberapa pulau kecil dengan sumberdaya alam hayati yang dapat diperbaruhi (renewable resources) seperti ; ikan, udang, moluska, kepiting, rumput laut, hutan mangrove, karang, padang lamun, penyu dan biota lainnya. Kesemuanya ini bila dikelola dengan baik dapat dijadikan andalan Kabupaten Bengkulu Utara untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan ekonomi guna meningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi masyarakat pesisir terutama nelayan.
Besarnya potensi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil yang belum tergali disebabkan belum memadai sarana dan prasarana penangkapan ikan. Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara telah menetapkan 4 (empat) kawasan pengembangan perikanan laut, yaitu :
Dermaga PPI Muara Sungai Ketahun, Bengkulu Utara, sore hari banyak dimanfaatkan oleh para wisatawan dan pemancing
Kawasan Pertama adalah Desa pasar sebelat yang merupakan pusat pengembangan ekonomi Wilayah Pesisir Paling utara. Disini telah dibangun perumahan nelayan, TPI, Balai nelayan, alat tangkap ikan (perahu atau motor tempel), pondok wisata , jalan produksi masuk ke TPI, rumah pengasapan ikan dan penataan pinggir pantai. Seluruh sarana dan prasarana tersebut berada dalam 1 komplek.
Selanjutnya kawasan kedua, Desa pasar ketahun kecamatan Ketahun berada di areal Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Kawasan ini akan dijadikan pusat pengembangan ekonomi wilayah pesisir bagian tengah, yang kebetulan berdekatan dengan lokasi Kota Terpadu Mandiri (KTM) Lais, Giri Mulya dan Ketahun (LAGITA). Pada kawasan ini telah dibangun Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan berbagai prasarananya. Meliputi Kantor PPI, TPI, Pabrik Es, Rumah Nelayan, gedung Pos pengawas, Pom Bensin Mini dan armada kapal motor.
Di kawasan ketiga, Di Desa Pasar Palik Kecamatan Air Napal. Kawasan ini akan dijadikan pusat pengembangan ekonomi wilayah pesisir bagian paling selatan dan aktivitas nelayannya saat ini paling banyak dan potensil dibanding kawasan lainnya. Pada kawasan ini telah dibangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan akan dibangun gedung Pos pengawas dan bronjong pengamanan daratan dari abrasi sungai . Tersedia armada penangkapan (kapal motor ukuran 5 sampai 10 GT). Kawasan ini telah ditetapkan sebagai sentra minapolitan perikanan tangkap.
Kemudian kawasan ke empat, berada di Desa Kahyapu Kecamatan Enggano. Kawasan ini dijadikan pusat pengembangan ekonomi wilayah pesisir kepulauan. Pada kawasan ini telah dibangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pabrik es mini, dan akan dibangun gedung Pos pengawas. Tersedia armada penangkapan (kapal motor ukuran 5 ).
Selain potensial di bidang perikanan tangkap (laut), Kabupaten Bengkulu Utara juga terkenal sebagai pengahsil perikanan air tawar terbesar di Provinsi Bengkulu. 40 % total produksi ikan air tawar provinsi Bengkulu adalah dari Bengkulu Utara. Sentra perikanan air tawar di Bengkulu Utara adalah di Kecamatan Padang Jaya dan telah ditetapkan sebagi Mina Politan perikanan air tawar.
Usaha budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Bengkulu Utara didukung oleh Balai Benih Ikan (BBI) lokal, Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) di Marga Sakti dan Kolam Air Deras (KAD) Pagar Ruyung.Jumlah BBI dan Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) dan Kolam Air Deras (KAD) di Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut :
No. Nama BBI Lokasi Luas areal (Ha) Tahun Pembangunan
1. BBI Lubuk Durian Lubuk Durian, Kec. Kerkap 1,0 1957
2. BBI Kemumu Talang Congok, Kec. Arga Makmur 0,5 1968
3. BBI Arga Makmur Gn. Alam, Kec. Arga Makmur 1,0 1976
4. BBI Marga Sakti I Kec. Padang Jaya 0,8 1977
5. BBI Marga Sakti II Kec. Padang Jaya 1,0 1986
6. BBI Marga Sakti III Kec. Padang Jaya 0,5 1986
7. BPBAT Kec. Padang Jaya 8,0 1995
8. BBI Sebelat Kota Bani, Kec. Putri Hijau 0,2 1985
9. BBI Pagar Mas Kuro Tidur, Kec. Arga Makmur 3,5 2004

Pertambangan

Pertambangan yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara diantaranya adalah batu bara. Produksi batu bara pada tahun 2004 mencapai 205.541,56 ton. Kabupaten Bengkulu Utara adalah merupakan daerah penghasil batu bara terbesar di Provinsi Bengkulu. Beberapa perusahaan Tambang Batu Bara yang masih melakukan eksploitasi di Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut :
  • PT. Rekasindo Guriang, Lokasi Penambangan di Kecamatan Putri Hijau. Perusahaan ini juga mempunyai pelabuhan Khusus batu bara yang berlokasi di Pasar Sebelat, Kecamatan Putri Hijau.
  • PT. PT. Injatama, lokasi penambangan di Desa Tanjung Dalam dan sekitarnya Kecamatan Napal Putih. Perusahaan ini juga mempunyai pelabuhan khusus batu bara di Desa Pasar Ketahun, Kecamatan Ketahun.
  • PT. Bara Adhipratama, lokasi penambangan di Desa Bukit Harapan dan sekitarnya, Kecamatan Napal Putih.
Untuk jenis tambang Emas dan Perak produksi sampai bulan April 1995, dan setelah bulan itu perusahan pertambangan tidak lagi berproduksi. Lokasi penambangan tersebut berlokasi di Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih. Setelah ditinggal Oleh Perusahaan CV. Firman Ketahun, selanjutnya dikelola oleh masyarakat secara tradisional. Aset peninggalan perusahaan penambangan yang berupa jalan lori, masih ada dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai alat transportasi menuju ke Desa tersebut (Lebong Tandai).

Pariwisata

Air Terjun di Wisata Palak Siring
Bengkulu Utara memiliki banyak tempat wisata alam dan budaya, diantaranya Tapak Balai di Palik, Batu Layang, Pantai Kota Agung, Pantai Urai, Pantai Putri Hijau, Makam Panglima Ratu Samban, Sawah Kemumu dan Palak Siring yang merupakan salah satu habitat bunga Rafflesia.
Objek wisata lainnya yang tak kalah menarik adalah Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebelat di Putri Hijau.

Jumat, 04 November 2011

Visit Bengkulu



Bengkulu adalah sebuah propinsi yang terletak di sebelah selatan Pulau Sumatra. Secara geografis Propinsi Bengkulu terletak pada 101 derajat 01 dan 103 derajat 46 bujur timur serta 2 derajat 16 dan 5 derajat 31 lintang selatan. Propinsi Bengkulu terletak di Pantai Pulau Sumatera, membujur dari Utara ke Selatan, Sepanjang Bukit Barisan yang merupakan hutan suaka alam dan hutan lindung di sebelah Timur dan Samudera Indonesia di Sebelah Barat. Secara administratif Propinsi Bengkulu berbatasan sebelah Utara dengan Propinsi Sumatera Barat; Sebelah Timur dengan Propinsi Jambi dan Sumatera Selatan; Sebelah Selatan dengan Propinsi Lampung; Sebelah Barat dengan Samudra Indonesia.
Propinsi Bengkulu yang beribukota di Kota Bengkulu mempunyai luas wilayah sekitar 19.786 km2 (1,10% luas wilayah Indonesia). Bengkulu terdiri dari 1 daerah kotamadya (Kota Bengkulu) dan 8 daerah kabupaten (Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Kaur, Kepahiang, Lebong, Muko-Muko, Rejang Lebong, dan Seluma).
Sebagian besar penduduk Bengkulu terdiri dari suku Melayu, Rejang Lebong, Sekah, dan Enggano. Bahasa daerah yang digunakan hampir menyerupai bahasa Minang dan Palembang.
Bengkulu kaya akan tradisi budaya. Yang paling terkenal adalah festival Tabot yang diperingati setiap tahun oleh masyarakat Bengkulu. Festival rakyat ini diadakan selama 10 hari pertama bulan Muharram dan terdiri dari berbagai ritual adat. Ritual diawali dengan prosesi pengambilan tanah untuk membuat Tabot (semacam replika bangunan yg dihias sedemikian rupa). Pengambilan tanah dilakukan di dua tempat yaitu Pantai Nala dan Tapak paderi.
Selain itu, tidak semua orang juga yg diperkenankan ikut dalam prosesi ini. Hanya para pemuka adat, pemuka agama, dan petinggi keluarga Tabot yg boleh turun tangan. Selanjutnya proses pembuatan Tabot pun dilanjutkan di rumah keluarga Tabot masing-masing melalui ritual2 lainnya. Puncak dari festival ini adalah Tabot Bersanding yang diadakan di lapangan Tugu (letaknya di seberang rumah Gubernur Propinsi Bengkulu) pada malam ke-9 Muharram.
Dalam acara ini, semua Tabot yang sudah dibuat, dipamerkan (ato disandingkan) untuk dinilai oleh dewan juri. Penilaian terdiri dari beberapa kriteria di antaranya kreativitas. Biasanya pada malam ini, Kota Bengkulu akan berubah menjadi Jakarta karena macetnya lalu lintas. Keesokan harinya yaitu tanggal 10 Muharram, semua Tabot akan diarak atau dibawa berkeliling Kota Bengkulu dengan melewati rute yg ada menuju tempat pembuangan. Memang tidak semua Tabot dibuang di sini. Biasanya hanya beberapa bagian Tabot saja yang dibuang. Tujuan diadakannya festival tabot ini adalah untuk mengenang jasa cucu Nabi Muhammad yaitu Amir Husein yang gugur dalam peperangan melawan kaum Khawarij di Padang Karbala (Irak). (lihat : http://musiardanis.multiply.com/reviews/item/4 )
Selain tradisi budaya, Bengkulu juga memiliki banyak tempat menarik yang bisa dijadikan tujuan pariwisata. Di antaranya, Pantai Panjang yang terletak sekitar 3 km dari pusat Kota Bengkulu. Pantai yang katanya merupakan pantai terpanjang di Asia tenggara ini memiliki panorama alam yang sangat indah. Jika mau berkunjung ke sini, sebaiknya datang pada waktu sore hari karena Anda akan disuguhi dengan pemandangan sunset yang amat mempesona. Jangan takut kemalaman karena Anda bisa menginap di cottage ato hotel yang banyak terdapat di area pantai.
Atau Anda mau menikmati sunset sambil naik perahu kayuh ? Silakan datang ke Tapak Paderi yang terletak tidak jauh dari kediaman Gubernur Bengkulu. Tapak Paderi merupakan dataran yg cukup tinggi dengan pemandangan laut yang indah.
Sebenarnya masih banyak pantai-pantai lain yang dimiliki oleh Bengkulu. Namun, kedua nama yg disebutkan di atas adalah pantai yang sedang dikembangkan oleh pemerintah Bengkulu untuk dijadikan tujuan pariwisata utama.
Selain pantai ada juga Danau Dendam Tak Sudah yang dikelilingi oleh perbukitan kecil dengan Bukit Barisan sebagai latar belakangnya. Danau ini terletak sekitar 8 km dari pusat kota Bengkulu. Di sepanjang danau ini tumbuh anggrek air Vanda Hookeriana yang membuat danau menjadi lebih indah dan sejuk.
Ingin mempelajari situs budaya ? Datang aja ke Benteng Marlborough yang terletak dekat dengan Tapak Paderi dan Pasar Baru Koto. Benteng ini dibangun oleh perusahaan India Timur di bawah kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng ini mengahadap selatan dan memiliki luas 44.100 meter persegi. Bentuk benteng abad XVIII (1914) ini menyerupai kura-kura. Pintu utama dikelilingi parit luas dan tersambung dengan jembatan ke gerbang dalam. Menurut masyarakat sekitar, benteng ini memiliki pintu keluar bawah tanah.
Benteng Marlborough adalah peninggalan terbesar Inggris terbesar di Indonesia dan sesungguhnya bukan sekadar benteng pertahanan militer, karena ia dibangun demi kepentingan perdagangan; penjamin kelancaran suplai lada bagi perusahaan dagang Inggris, East India Company, serta pengawasan jalur pelayaran dagang melalui Selat Sunda. Benteng berperan ganda: markas pertahanan militer sekaligus kantor pusat perdagangan dan pemerintahan Inggris.

Selain Benteng Marlborough, ada juga Rumah Bung Karno yang menjadi tempat tinggal Presiden Pertama RI selama menjalani masa pengasingannya di Bengkulu. Rumah ini beralamat di Anggut Atas yang sekarang dikenal dengan nama Jalan Soekarno-Hatta. Beberapa peralatan, sepeda, perpustakaan buku-buku, dan yang lainnya yang pernah dimiliki oleh soekarno disimpan didalam rumah ini. Selama tinggal di Bengkulu, Soekarno juga mendesain masjid, yang sekarang dikenal dengan Masjid Jamik yang terletak di jantung kota Bengkulu.
Selain itu ada juga Tugu Parr & Hamilton. Tugu Parr terletak di depaan Pasar Baru Koto di seberang Benteng Marlborough. Sedangkan tugu Hamilton terletak di Jalan Sokerano-Hatta. Tugu atau monumen ini dibangun oleh pemerintahan Inggris untuk memperingati kekalahan mereka di Bengkulu.
Untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di atas, Anda tidak perlu bingung dengan masalah transportasi. Ada banyak kendaraan umum yang akan membawa Anda menikmati kekayaan yg dimiliki oleh Bengkulu tersebut.

Jadi, tunggu apa lagi?? Kunjungi Bengkulu sekarang juga!!!

Kamis, 03 November 2011

 Silebar.

Silebar atau yang kini disebut selebar merupakan kawasan penghasil lada tebesar di Sumatera pada jamannya.  Nama Silebar ini pun menjadi identitas daerah Bengkulu pada jaman dulu.

Bencoolen  Dan Benkoelen.
Bencoolen Adalah nama sebutan Bengkulu pada Jaman colonial Inggris di Bengkulu
Sedangkan Benkoelen adalah nama yang digunakan saat Belanda masih menguasai Bengkulu.

Masa Sebelum Kemerdekaan Sampai Terbentuknya Propinsi Bengkulu

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diumumkan kepada dunia internasional melalui radio oleh Sukarno dan Muhammad Hatta di tempat kediaman Sukarno Jalan Pegangsaan Timur (sekarang jalan Proklamasi No. 59) Jakarta. Proklamasi tersebut merupakan suatu gerakan besar seluruh rakyat Indonesia yang ingin merdeka dan membentuk negara sendiri yang terbebas dari penjajahan.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Sukarno dan Muhammad Hatta terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Berita proklamasi tersebut pada tanggal 20 Agustus 1945 diterima secara resmi di Kota Bengkulu dan dibentuklah suatu badan yang menyusun pemerintah Republik Indonesia di Bengkulu.

Pada tanggal 3 Oktober 1945, Ir. Indra Tjaya diangkat oleh Mr. T.M. Hasan (Gubernur Sumatera yang berkedudukan di Pematang Siantar – Sumatera Utara) sebagai Residen Bengkulu. Setelah beliau diangkat sebagai Residen Bengkulu, Ir. Indra Tjaya mengadakan perundingan dengan Residen (Syucokang) Jepang, Z. Inomata untuk menyerahkan daerah Keresidenan Bengkulu kepada Pemerintah Republik Indonesia. Setelah diadakan beberapa kali perundingan maka pada tanggal 27 Oktober 1945, dilakukan penyerahan Pemerintahan Keresidenan Bengkulu oleh Jepang kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Pada awal tahun 1946, terjadilah krisis pemerintahan sipil di Bengkulu, dimana Badan Pekerja Harian Nasional Indonesia (BPHNI) menuntut reorganisasi pemerintahan diseluruh Keresidenan Bengkulu, akibatnya pada tanggal 21 Naret 1946 Residen Ir. Indra Tjaya secara resmi meletakkan jabatan. Tanggung jawab sebagai residen sepenuhnya diserahkan kepada BPHNI dan pada tanggl 23 Maret 1946 BPHNI mulai melaksanakan reorganisasi pemerintahan diseluruh Keresidenan Bengkulu.

Namun karena terjadinya kekisruan yang diakibatkan tidak diakuinya BPHNI oleh sebagian besar Kepala Marga di Curup maka pada tanggal 28 April 1946, Mr. Hazairin (Ketua Pengadilan Negeri Sibolga – Putera Daerah Bengkulu) diangkat oleh Mr. T.M. Hasan sebagai Residen Bengkulu. Mr. Hazairin dengan segala kemampuannya segera bertindak untuk kembali menyusun pemerintahan daerah Bengkulu yang morat marit dengan bijaksana serta tidak merugikan pihak manapun malahan seluruh komponen diajak melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawab secara bersama-sama.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 10 tanggal 15 April 1948, Provinsi Sumatera dibagi menjadi 3 (tiga) Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan dan di atasnya, sebagai wakil Pemerintah Pusat RI dibentuk Lembaga Komisariat Pemerintah Pusat yang berkedudukan di Kota Bukit Tinggi dimana Mr. T.M. Hasan sebagai Ketua dan Mr. A. Sidik sebagai Pemimpin Sekretariat Pemerintah Pusat.

Dengan ketetapan undang-undang Nomor 10 tersebut, Keresidenan Bengkulu yang tadinya dalam lingkungan Provinsi Sumatera masuk kedalam lingkungan Provinsi Sumatera Selatan dengan Gubernur M. Isa yang berkedudukan di Kota Curup.

Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melanggar perjanjian Renville dengan menyerang daerah-daerah Republik Indonesia yang masih belum didudukinya termasuk Keresidenan Bengkulu.

Pada tanggal 25 Desember 1947, Gubernurr M. Isa telah berada di Kota Curup mengepalai pemerintahan Provinsi Sumatera selatan.

Pada tanggal 23 Desember 1948, Daerah Sumatera Selatan dijadikan satu Daerah Militer dibawah pimpinan A.K. Gani sebagai Gubernur Militer yang juga berkedudukan di Kota Curup. Akibat agresi Militer Belanda tersebut, Gubernur M. Isa, Gubernur Muiliter A.K. Gani dan Residen M. Hazairin menyingkir ke Kota Muara Aman dan Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan dipindahkan ke Kota Muara Aman.

Pada tanggal 26 November 1949, di Bengkulu Selatan dibentuk satu Delegasi Militer dibawah pimpinan Letnan Kolonel Barlian, Komandan Sub Territorium Bengkulu, untuk menerima serah terima seluruh daerah Bengkulu dari Belanda. Delegasi ini sampai di Kota Bengkulu pada tanggal 29 November 1949, pada tanggal 30 November 1949 sampai di Bengkulu Delegasi Pemerintahan Sipil dari Bengkulu Utara yang dipimpin oleh Mr. Hazairin, Wakil Gubernur Militer Daerah Istimewa Sumatera Selatan.

Sejak tanggal 2 Desember 1949 dari Kota Bengkulu, Komandan Sub Territorium Bengkulu memberikan instruksi seperlunya mengenai segala hal yang menyangkut pengisian daerah-daerah yang akan ditinggalkan pasukan Belanda.

Mulai tanggal 7 sampai dengan 10 Desember 1949 TNI mengisi kembali tempat-tempat yang telah ditinggalkan Belanda, yaitu pada tanggal 8 Desember 1949 TNI masuk ke Kepahiang dan Curup, 10 Desember masuk ke Muara Aman dan 11 Desember 1949 masuk ke Kota Bengkulu, sehingga mulai tanggal 11 Desember kekuasaan Belanda dalam wilayah Keresidenan Bengkulu telah berpindah kembali kepada Negara Republik Indonesia (NRI).

Pada tanggal 11 Desember 1949 juga dikeluarkan 1 (satu) Maklumat kepada seluruh penduduk dalam Keresidenan Bengkulu yang ditandatangani oleh Mr. Hazairin, Residen Bengkulu, dan Barlian, Letnan Kolonel Komandan Sub Territorium Bengkulu, yang berbunyi :
MAKLUMAT

  1. Diberitahukan kepada seluruh penduduk Daerah Bengkulu, bahwa mulai tanggal 11 Desember 1949, kekuasaan Belanda dalam Wilayah Territorial Bestuurs Adviseur Bengkulu (TBA) di Keresidenan Bengkulu telah berpindah kembali seluruhnya kepada Negara Republik Indonesia (NRI).
  2. Dengan pemindahan kekuasaan itu, maka sempurnalah sudah pelaksanaan “cease hostilities” (penghentian perusuhan) antara Belanda dengan Republik Indonesia bagi daerah Bengkulu (bagi lain-lain daerah Republik sedang disempurnakan), sehingga dengan demikian bersihlah jalan menuju pemindahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda dan Negara Republik Indonesia (NRI) kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) yang akan berlaku beberapa minggu lagi.
  3. Dengan pemindahan kedaulatan itu, maka NRI akan menjadi negara bagian dalam RIS, dan akan berdiri pula perikatan kerja sama (uni) antara Kerajaan Belanda dan RIS yang merupakan pertalian persahabatan yang sangat akrab.
  4. Diperintahkan kepada tiap-tiap orang bahwa kita bangsa Indonesia tidak lagi bermusuh-musuhan dengan bangsa Belanda , dengan demikian tentu juga tidak lagi bermusuh-musuhan dengan orang-orang yang pernah bekerja sama atau membantu Belanda selama perjuangan antara Republik Indonesia dengan Belanda pada masa sedih yang telah silam.
  5. Sekarang diseluruh daerah Bengkulu dipertanggungjawabkan kepada TNI buat menjaga dan menjamin ketertiban umum, ketenteraman dan keselamatan bagi semua orang tidak pandang siapa dia, meskipun bekas penghianat bangsa sekalipun. Dipermaklumkan, bahwa TNI tidak dibolehkan lagi mencampuri urusan Kepolisian biasa dan pemerintahan umum.
  6. Keselamatan Jiwa, harta benda, rumah tangga dan perekonomian (perusahaan, perdagangan dan lalu lintas) dijamin oleh pemerintah NRI dengan semua alat-alat kekuasaannya.
  7. Tidak dibolehkan orang merasa cemas atau takut atau was-was terhadap sesuatunya, jika ada perasaan yang serupa itu hendakla lekas dikemukakan kepada alat-alat pemerintahan.
  8. Sebaliknya, tidak di izinkan orang mengadakan provokasi (bisikan-bisikan, hasutan-hasutan, kelakuan, dan perbuatan permusuhan) yang akan mendatangkan kekacauan, kecemasan, ketakutan, pendeknya yang hendak menggangu ketenteraman dan rukun damai dikalangan penduduk.
  9. Barang siapa yang mengadakan provokasai sebagai dimaksud itu, akan dikenakan hukuman berat, mungkin sampai hukuman mati.
  10. Semua peraturan yang berlaku saat itu, meskipun aturan-aturan Pemerintah TBA tetap berlaku asal tidak bertentangan dengan perjanjian-perjanjian Naskah Timbang Terima Kekuasaan yang telah ditandatangani tanggal 11 Desember 1949 dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar NRI, semuanya berlaku sampai tiba waktunya diubah oleh yang berhak mengatur.
  11. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bengkulu (DPB) dan Dewan Kota Bengkulu dalam bentuk dan susunanya pada tanggal 19 Desember 1948 diperpanjang usianya sampai ia dibubarkan secara resmi.
  12. Dewan-dewan marga, kepala-kepala marga, kepala-kepala dusun, kepala-kepala pasar, datuk-datuk di kota Bengkulu, pemangku-pemangku, dan pegawai-pegawai mesjid, berdasarkan aturan yang ditandatangani 11 Desember 1949, meskipun sekali ada diantaranya yang mendapat pengakuan dari Pemerintah TBA tetap bekerja terus sampai semuanya itu diubah atau diganti (atas alasan-alasan yang syah) menurut peraturan NRI dalam daerah Bengkulu bagi semua urusan tersebut. Jika disesustu tempa terdapat kebimbangan disebabkan adanya dua orang atau lebih kepala adat (atau pegawai-pegawai agama) yang menganggap dirinya sama-sama berkuasa, maka jika tidak ada ukuran yang lain buat menentukan siapa yang berhak benar, akan diadakan pemilihan selekas-lekasnya. Dalam menunggu pemilihan, maka kepala adat (atau pegawai agama) yang ditunjuk oleh TBA itulah yang meneruskan pekerjaan buat sementara waktu.
  13. Semua pegawai, meskipun yang diangkat oleh Pemerintah TBA tetap bekerja terus dalam pangkat dan derajatnya sebagai tercantum pada aturan tanggal 11 Desember 1949 sampai saat ini diadakan perubahan menurut “Naskah Timbang Terima Kekuasaan”.
  14. Uang Belanda, uang NRI, uang daerah Dmiss, propinsi, dan keresidenan dipergunakan bersama-sama dalam bekas wilayah TBA tersebut atas kurs pasaran sampai urusan mata uang diatur lebih lanjut.
  15. Rakyat dan semua penduduk dari seluruh lapisan, golongan partai dan kebangsaan, berkasih-kasihanlah kamu, hiduplah dengan tenteram, tolong-menolong, harga-menghargai, hormat-menghormati; hilangkan perasaan dendam, benci, dan permusuhan. Muda-mudahan Tuhan Yang Maha Esa menurunkan rahmat-Nya atas kita sekalian.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara RIS resmi dibubarkan dan dibentuk negara kesatuan baru yang diberi nama Republik Indonesia (RI), yang dibagi menjadi 10 provinsi yang mempunyai otonomi. Berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 1950 Junkto U. U No. 25 tahun 1959 ditetapkan sebagai keresidenan dalam lingkungan Provinsi Sumatera Selatan.

Pada tanggal 27 Desember 1949 keresidenan Bengkulu pulih kembali dan Bupati M. Hasan diangkat sebagai Residen Bengkulu. Kota Bengkulu merupakan kota yang mati lagi dan terisolisasi sama sekali dari dunia luar. Setelah negara kesatuan Republik Indonesia baru terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1950, Pemerintah pusat hampir tidak memperhatikan keadaan didaerah, kabinet silih berganti sehinggah Pemerintah daerah terpaksa memecahkan keadaan daerahnya dengan caranya sendiri-sendiri, tanpa dana dan bantuan dari Pemerintah Pusat.

Keadaan terisolasi dan terbengkalai yang jauh dari sentuhan pembangunan selama lebih dari 30 tahun mengakibatkan daerah Bengkulu jauh ketinggalan hampir disegala bidang bila dibandingkan dengan daerah lain. Pada masa itu banyak orang Indonesia tidak mengetahui bahwa sebagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia ini terdapat daerah Bengkulu yang merupakan komponen aktif dalam perjuanagan pembangunan bangsa dan negara Kesatuan RI.

Pada tahun 1950 sampai tahun 1966 adalah masa saling perebutan kekuasaan (kabinet) di antara partai-partai politik yang besar, di antaranya partai Masyumi, PNI, dan PKI dengan sistem demokrasi parlementer Eropa Barat. Sistem itu mengakibatkan tidak adanya stabilitas politik, inflasi, dan lambatnya rencana pembangunan.

Keadaan semakin mengkhawatirkan dengan timbulnya gerakan separatis “Republik Maluku Selatan”(RMS) dan gerombolan “Darul Islam” yang merongrong negara RI dan lainnya. Sehinggah terjadilah “Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, atau dikenal denagn sebutan G. 30 S/PKI.

Pada tahun 1962 timbul Badan Perjuangan Bengkulu yang diprakarsai oleh sekelompok tokoh masyarakat daerah untuk menjadikan Bengkulu sebagai sebuah propinsi. Namun, perjuangan yang terjadi ditengah krisis politik dan ekonomi negara, ditambah dengan kuatnya pengaruh PKI pada pemerintah pusat di Jakarta. Dengan ditumpasnya G. 30. S/PKI dan terjadilah peralihan pemerintahan orde lama ke pemerintahan orde baru, membawa harapan pada perjuangan Bengkulu untuk menjadi provinsi harapan itu ternyata terwujud. Perjuangan selama ini dilakukan dengan gigih akhirnya berhasil.

Pada tanggal 18 November 1968, atas dasar UU No. 9/1967 Junkto Peraturan Pemerintah No. 20/1968, Keresidenan Bengkulu diresmikan menjadi salah satu Provinsi di Republik Indonesia yang ke-26 dengan Ali Amin sebagai Gubernur Bengkulu.

Sejarah Provinsi Bengkulu dari Kemerdekaan Indonesia Hingga Terbentuk menjadi Propinsi Bengkulu
Artikel di sarikan oleh: Ir. Herawansyah, M.Sc., MT
Artikel Asli : Tun Jang

Rabu, 02 November 2011

SEJARAH BENGKULU

BANGKAHULU. Konon orang yang pertama-tama menghuni Bengkulu ialah Nantu Kesumo dan kawan-kawannya. Ia datang dari Demak di pulau Jawa. Ia memasuki daerah Bengkulu lewat pantai (pasar Bengkulu sekarang). Di tanah yang baru ini, Nantu Kesumo dan kawan-kawannya menghadapi tantangan yang sangat berat. Tanah Bengkulu masih merupakan hutan belantara. Binatang-binatang buas dan liar masih hidup dengan bebas namun Nantu Kesumo mempunyai kesaktian dan ilmu yang tinggi. Ia tidak takut pada binatang-binatang buas itu. Konon pada waktu Nantu Kesumo dan kawan-kawannya sedang membuka hutan untuk membangun kampung, mereka bertemu dengan ular yang sangat besar. Ular itu dapat mereka bunuh. Badan ular yang panjang itu dipotong menjaditiga bagian sama panjang. Ketiga bagian tubuh ular itu masing-masing menjelma menjadi meriam sapu ranjau, tombak bejabai, dan tabu berantai. Untuk memperingati kisah ini, tiap-tiap mengadakan pesta perkawinan dengan memotong kerbau mesti ada tombak berambu payung kering. Kampung yang dibangun pertama kali itu bernama Tanah Tinggi. Suatu hari penduduk kampung Tanah Tinggi itu melihat batang bangka hanyut ke hulu. Batang bangka itu sebangsa pohon pinang. Pohon bangka itu sangat aneh, bentuknya melingkar lingkar, mulai dari pangkal sampai ke ujungnya. Keanehan pohon ini mengundang penduduk Tanah Tinggi untuk menyaksikannya. Dari kejadian inilah penduduk Tanah Tinggi menamakan tanah kediaman mereka dengan Bangka Hulu, yang berasal dari kata bangka (pinang) dan hulu (ulu sungai). Sejak saat itulah nama Bengkulu dipakai orang. Alkisah diceritakan bahwa Nantu Kesumo datang ke Bengkulu dalam keadaan bujangan. Ia datang bersama saudaranya bernama Kayu Mentiring. Kepada saudaranya inilah dia meminta nasehat dan pertimbangan. Sebagai manusia biasa yang normal, Nantu Kesumo tidak tahan hidup membujang terus. Akan tetapi dia tidak mau kawin dengan wanita biasa. Wanita yang menjadi idamannya adalah Ratu Aceh. Kecantikan Ratu Aceh sudah terkenal ke mana-mana, karena itulah Nantu Kesumo bermaksud menjadikannya sebagai istri. Ia akan pergi ke Negeri Aceh untuk melamar. Sebelum berangkat ke negeri Aceh ia mengutarakan niatnya itu kepada Kayu Mentiring, "Saudaraku Kayu Mentiring, saya berniat pergi ke negeri Aceh, dengan maksud untuk melamar Ratu Aceh. Doakanlah agar maksud saya berhasil", kata Nantu Kesumo. "Ingat Nantu Kesumo anatara kita dan negeri Aceh selalu bermusuhan, lamaranmu mustahil diterima", kata Kayu Mentiring. Niat Nantu Kesumo untuk memperistri Ratu Aceh sudah nekat, oleh karena itu saudaranya terpaksa menyetujui seraya katanya, "Kalau demikian maumu, saya akan membantumu. Apapun yang terjadi kita hadapi bersama". Alkisah, berangkatlah Nantu Kesumo seorang diri dengan perahu yang bernama Rejung Kelam. Setelah kurang lebih sebulan berlayar sampailah ia ke tepi pantai tempat pemandian Raja Aceh. tempat ini selalu dijaga oleh hulubalang Raja, dengan senjata meriam yang diarahkan ke laut untuk menembak musuh. Perahu Nantu Kesumo dapat dilihat oleh Hulubalang Raja, penjaga pemandian. Mereka menembakkan meriam kearah perahu Nantu Kesumo. Tak satupun peluru meriam mengenai Nantu Kesumo. Ia tidak tembus oleh peluru. Penjaga pemandian lari ketakutan. Nantu Kesumo pun mendarat dan masuk ke negeri Kerajaan Aceh. Alkisah pada waktu itu kerajaan Aceh sedang merayakan pertunangan Ratu Aceh. Salah satu acaranya adalah mengadakan gelanggang pertaruhan selama tiga bulan. Barang siapa yang akan mengikuti pertaruhan harus minta izin kepada kakak Putri Aceh bernama Raden Cili. Sesudah mendapat izin, calon peserta harus menyerahkan dua peti uang kepada Putri Aceh. Satu peti berbentuk panjang, satu lagi berbentuk pendek. Nantu Kesumo menggunakan kesempatan ini untuk bertemu muka dengan idaman hatinya Ratu Aceh. Ia izinkan mengikuti pertaruhan. Ia pun menyerahkan dua peti uang kepada Putri Aceh. Pasa saat itulah ia bertemu muka dengan Putri Aceh, untuk pertama kalinya yang membuat keduanya saling jatuh cinta. Hubungan cinta ini tidak disetujui Raden Cili. Nantu Kesumopun masuk ke gelanggang pertaruhan. Ia mengikuti pertaruhan permainan Gelincing Jae, yaitu sebuah permainan yang mempergunakan uang sen sebanyak dua keping yang diempaskan diatas batu. dalam permainan ini Nantu Kesumo kalah meraub, menang meraub. Terjadilah keributan di tengah gelanggang. Permainan Gemincing Jae dihentikan, digantikan dengan pertaruhan menyabung ayam. Ayam Nantu Kesumo selalu menang, tak pernah sekalipun mengalami kekalahan. Hal ini dilaporkan panitia pertaruhan ke Raden Cili. Ia memerintahkan prajurit kerajaan menangkap Nantu Kesumo. Hal ini diketahui oleh Nantu Kesumo, iapun membuat keributan dengan memukul canang dari tempurung. Bunyi tempurung itu sebagai tanda naiknya harga beras. Tanda ini menimbulkan kemarahan kepada peserta pertaruhan yang kalah. Jumlah yang kalah sangat besar. Terjadilah keributan besar yang hebat. Banyak korban berjatuhan. Sementara itu keributan di Aceh berlangsung terus, Nantu Kesumo terluka di lambung tunggai, dan luka luka di ujung kuku (mungkin maksudnya tidak seberapa). Raden Cili dan pasukan tentaranya tidak dapat menangkap Nantu Kesumo. Raden Cili dan tentaranya berusaha menghentikan keributan dan kekacauan itu. Dalam keadaan kacau itu Nantu Kesumo memanfaatkan kesempatan yang baik itu untuk menenui Ratu Aceh untuk membawanya lari ke Bengkulu. Dibawalah Ratu Aceh ke luar istana kerajaan. Pada malam harinya mereka menuju pantai untuk selanjutnya berlayar menuju Bengkulu. Perahu yang digunakan adalah tetap perahu Rejung Kelam. Kedua insan itu pura pura gembira dan bahagia. Nantu Kesumo gembira karena maksudnya tercapai, membawa pulang Ratu Aceh. Sedang Ratu Aceh gembira karena ia dapat bebas dari kungkungan adat kerajaan, bebas menikmati keindahan alam. Setelah kurang lebih satu bulan berlayar sampailah mereka ke tanah harapan yaitu Bengkulu. Kedatangannya disambut dengan kegembiraan oleh saudaranya Kayu Mentiring dan semua penduduk di desanya. Upacara pernikahanpun diadakan dengan sederhana. Sementara itu di Negeri Aceh setelah keributan dan kekacauan dapat diatasi, Raja marah kepada Raden Cili dan semua pasukannya. Raja memerintahkan kepada Raden Cili memimpin pasukan untuk menyerang Bengkulu dan mengambil Ratu Aceh. Pasukan disiapkan dengan perlengkapan dan persenjataan yang cukup dan lengkap, serta persediaan makanan yang banyak. Nantu Kesumo sudah menduga bahwa Raja Aceh pasti akan menyusul putrinya. Karena itu sebelum mereka datang ke Bengkulu, ia dan saudaranya Kayu Mentiring memerintahkan kepada semua penduduk untuk siap-siaga menghadapi segala kemungkinan akibat serangan pasukan Raja Aceh. Benteng-benteng dibangun dan persenjataan dilengkapi, persediaan makananpun diperbanyak. Alkisah maka datanglah pasukan Raja Aceh yang dipimpin oleh Raden Cili sendiri. Pertempuran pun terjadi antara kedua pasukan itu. Tempat terjadinya pertempuran di suatu tempat yang sekarang bernama Bukit Aceh, terletak di bagian utara kotamadya Bengkulu. Pasukan Aceh banyak yang tewas dalam pertempuran. Mayat-mayatnya tidak sempat dikuburkan, hingga menimbulkan bau yang sangat busuk. Pasukan Nantu Kesumo tidak tahan jika terus-menerus tercium bau yang sangat busuk itu. Merekapun minta ke Nantu Kesumo untuk menjauhi tempat itu. Nantu Kesumo menyetujui dan tempat yang dipilih adalah Gunung Bungkuk. Menurut cerita orang di Gunung Bungkuk masih terdapat perahu Rejung Kelam yang sudah membatu. Tidak lama setelah pindah sementara ke Gunung Bungkuk, Kayu Mentiring meninggal dunia. Ia meninggalkan seorang anak yang bernama Bintang Roano, konon menurut cerita Bintang Roano meninggal di Bengkulu dan jenazahnya dimakamkan di daerah yang sekarang bernama Pasar Anggut. Sedangkan Nantu Kesumo sempat kembali lagi ke tempat semula, yaitu Bengkulu, setelah bau mayat hilang. Nantu Kesumo dan Ratu Aceh hidup rukun dan bahagia, tetapi sayang tidak mempunyai anak.